Senin, 05 Desember 2011

Aspek Tradisional menjadi Potensi Wisata yang Menjanjikan


  MARCH 9, 2011
POSTED IN: ON VACATION
Negara yang besar adalah negara yang menghargai jasa pahlawan dan juga menghargai kekayaan budaya yang dimilikinya. Itulah kalimat yang seringkali kita dengar. Dan kalimat itulah yang diaplikasikan oleh masyarakat Korea Selatan.

Dalam era global saat ini, banyak perusahaan yang mengalihkan atau mungkin mendiversifikasikan bidang usahanya ke bidang pelayanan jasa mulai dari kesehatan sampai pada turisme. Terkait dengan turisme, saat ini semakin banyak negara yang mengelola budaya lokal setempat dan menjadikannya menjadi tontonan yang atraktif bagi para wisatawan. Hal ini pula yang dicoba digarap oleh para pelaku bisnis di Korea Selatan. Terkait dengan artikel terdahulu, disebutkan bahwa Gyeongju mampu mengembangkan pariwisatanya dengan memanfaatkan budaya dan peninggalan Kerajaan Silla.
Sektor pariwisata di Korea memang cukup berkembang. Dengan didukung oleh infrastruktur berupa sarana transportasi, akomodasi dan sarana pendukung lainnya yang sangat memadai serta informasi pariwisata yang lengkap, sektor pariwisata mengalami kemajuan pesat di sana. Jika kita menginjakkan kaki di bandara internasional Incheon maka banyak sekali stand-stand yang menyajikan informasi wisata dan budaya Korea. Bahkan ada perusahaan yang menyediakan jasa wisata transit tour, bagi para pelancong yang hanya punya waktu singkat di Korea karena hanya transit di bandara tersebut. Wisata tersebut berkisar mengelilingi Kota Incheon dan Seoul dengan mengunjungi kuil-kuil di sana serta kampung-kampung tradisional. Hal berbeda saya rasakan ketika menginjakkan kaki di terminal kedatangan internasional di Bandara Soekarno Hatta. Memang ruangannya didesain secara etnik dengan banyak ukiran dayak, dan poster-poster tentang Bali, namun di stand penyedia brosur informasi tentang wisata Indonesia dan Indonesia secara umum selalu terlihat kosong, tidak ada pamflet promosi wisata satupun. Dan beberapa kali saya berada di terminal tersebut, beberapa kali itu pula stand tersebut selalu kosong. Entah mungkin karena banyaknya pelancong yang mengambil brosur atau pamflet tersebut atau karena memang stand tersebut memang tidak pernah diisi. Tentunya informasi terkait banyak hal yang mendukung kunjungan wisatawan akan sangat membantu wisatawan yang ingin berkunjung ke suatu tempat.

Selain itu, setiap kota di Korea juga mempunyai logo dan tagline yang unik sesuai dengan karakteristik kota tersebut. Terkait dengan logo, mungkin hal ini hampir sama dengan yang ada di Indonesia ketika setiap kabupaten, kota dan propinsi memiliki lambangnya masing-masing. Terkait tagline, Kota Seoul misalnya memiliki tagline ”Hi Seoul: Seoul of Asia”, yang menggambarkan bahwa Seoul merupakan tempat yang multikultural dan mampu mencerminkan bagaimana masyarakat Asia itu sebenarnya. Kota Daegu misalnya memiliki tagline ”Colorful Daegu”, yang merepresentasikan Daegu sebagai pusat fashion di Korea Selatan. Sedangkan kota Gyeongju memiliki tagline ”Beautiful Gyeoungju”, yang menggambarkan bahwa kota tersebut memiliki kekayaan budaya warisan kerajaan Silla serta alam yang indah. Korea Selatan sendiri mempunyai tagline ”Sparkling Korea” untuk mempromosikan pariwisatanya (sama seperti Surabaya yang juga mempunyai tagline Sparkling Surabaya). Indonesia sendiri mempunyai tagline wisata ”Indonesia: Ultimate in Diversity”.

One Complete Package: Budaya Korea di Korean Folf Village
Ketiga kota di Korea Selatan tersebut memang mampu melestarikan budaya Korea dan mengelolanya menjadi objek wisata yang menarik. Salah satu objek wisata lain yang menarik adalah Korean Folk Village. Desa adat tersebut terletak di KotaYongin yang merupakan kota satelit dari Seoul. Kota Yongin terletak di Propinsi Gyeonggi. Tujuan dibangunnya desa adat ini adalah memang untuk melestarikan budaya Korea selain tentunya juga untuk tujuan komersil. Untuk masuk ke objek wisata ini, pengunjung harus membeli tiket paling mahal seharga sekitar seratus ribu rupiah untuk orang dewasa. Dengan tiket itu pengunjung dapat memasuki setiap objek wisata yang ada di dalamnya. Di Korean Folk Village terdapat beranekaragam rumah adat dari berbagai daerah di Korea Selatan, yang jumlahnya mencapai sekitar 260 rumah adat. Kalau di Indonesia mungkin semacam Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang ada di Jakarta Timur. Selain bisa mengunjungi rumah-rumah tradisional, para pengunjung juga bisa merasakan pengalaman kehidupan tradisional masyarakat Korea dengan ikut serta dalam berbagai workshop seperti Korean paper workshopfarming experiencetraditional living experience,folklore life experience dan masih banyak lagi.

Di desa adat seluas 243 hektar ini, juga terdapat berbagai museum seperti Korean Folk MuseumWorld Folk MuseumEarthenware Life HallExhibition Hall dan sebagainya. Karena tempatnya yang dipenuhi banyak bangunan tradisional, areal desa adat ini seringkali dibuat sebagai latar belakang syuting beberapa film kolosal Korea. Salah satunya adalah drama yang berjudul ”Jewel in the Palace” yang juga sempat ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Saat saya mengunjungi desa adat tersebut, saya juga sempat melihat proses syuting drama Korea di sana. Di sana juga terdapatamusement park dengan berbagai wahan permainan yang menarik untuk dicoba.
Para pengunjung juga bisa menikmati berbagai pertunjukan menarik seperti the Art of Hwarang (sama seperti yang ada di Silla Millenium Park), Salmunori performanceacrobatics on tight rope serta upacara adat pernikahan Korea. Bagi saya Salmunori performance adalah yang paling menarik. Dalam pertunjukan itu beberapa pemain Salmunori menampilkan permainan musik yang dinamis. Pemainnya menggunakan kostum yang berwarna-warni, berwarna merah, putih, biru dan kuning yang merupakan warna nasional Korea Selatan. Selain bermain musik, mereka juga memainkan adegan akrobatik berupa salto yang cukup energik. Ketegangan pengunjung akan lebih terlihat ketika menyaksikan acrobatics on tight rope. Dalam pertunjukan ini seorang kakek melakukan atraksi akrobatik di atas satu tali yang membentang di udara. Kakek tersebut sambil membawa kipas di salah satu tangannya secara lincah memainkan banyak atraksi mendebarkan dari ujung tali satu ke ujung tali yang lain. Setiap selesai melakukan satu atraksi, maka kakek tersebut berbicara dalam bahasa Korea yang membuat orang terpingkal-pingkal. Semacam dagelan mungkin dalam Bahasa Jawanya. Yang jelas saya hanya ikut-ikutan tertawa ketika pengunjung lain yang asli Korea juga tertawa. Di bagian lain desa adat itu, pengunjung dapat menaiki kuda mengelilingi sebagian areal desa adat dengan hanya membayar sekitar 2.000 won atau 16 ribu rupiah. Selain itu pengunjung juga dapat mencoba pakaian adat Korea Selatan yang disebut hanbok serta mengambil foto tanpa dipungut biaya. Saya sudah mencoba keduanya baik menunggangi kuda maupun mencoba baju adat tersebut. Benar-benar pengalaman yang menarik, begitu pikir saya.
Korea Selatan memang telah membuktikan bahwa budaya lokal bukanlah aspek yang kuno dan layak ditinggalkan. Sebaliknya budaya tersebut bisa menjadi aset bangsa yang berharga. Di Indonesia sendiri pemanfaatan budaya lokal sebagai komoditas pariwisata sudah lama dilakukan. Namun mungkin yang paling menonjol adalah pariwisata di Yogyakarta dan Bali. Bahkan kecenderungan yang ada dan berkembang di masyakarat termasuk kalangan muda adalah budaya lokal saat ini dianggap sebagai sesuatu yang kuno dan bukan zamannya. lagi Tentu menjadi suatu berita yang menggembirakan jika nantinya di Indonesia, budaya mampu memberikan kontribusi besar bagi kesejahteraan bangsa. Saya percaya bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan memiliki keanekaragaman budaya yang beragam, yang tentunya jika dimanfaatkan dengan baik akan memberikan manfaat yang besar pula bagi Indonesia.

sumber:http://muchdlirzauhariy.com/wordpress/?p=294

1 komentar:

Iya bener gan, budaya lokal emang menjadi aset bangsa yang berharga dan harus dilestarikan secara turun-temurun. Di Korea sendiri, budaya lokal tampaknya tetap terjaga ya, semoga aja saya bisa menyaksikan budaya Korea secara langsung kalo saya menang event My Korea Winter Story dari facebook Korean Tourism Organization (Indonesia), Amienn…
Blogwalking gan… kunjung dan follow ya ke blog saya di review-newgadget.blogspot.com thanks :D

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites